SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA OCD
Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD) adalah ordo yang didirikan oleh Santa Theresia dari Avilla dan Santo Yohanes dari Salib yang hendak membawa pembaharuan bagi ordo Karmel[1]. Ordo Karmel sendiri berasal dari sekelompok pertapa di Gunung Karmel di Palestina (1185). Para rahib meneladani Nabi Elia yang hidup bertatap muka dengan Allah. (1 Raj 9:9-18). Dan berjuang supaya Yahwe disembah oleh rakyat dan bukan dewa Baal (bdk 1Raj 17-18). Nabi ini hidup dalam kesunyian pegunungan Karmel dan diakui sebagai Pater et Dux(Bapa serta Pembimbing Rohani). Aturan Ordo yang pertama itu ditetapkan oleh St. Albertus, Batrik dari Yerusalem (1209) yang menuntut kemurnian mutlak, pantang daging selamanya dan hidup bertapa secara keras. Aturan ini kemudian diperlunak misalnya keheningan dijaga pada jam tertentu saja. Sehingga pada abad ke-16 ketertiban para rahib dan rubiah agak menurun.
Pada 1562 Santa Theresia dari Avila bertekad menghidupkan kembali hidup kontemplatif yang asli. Pemugaran terhadap ordo Karmel dilakukan oleh St.Teresa Avila karena adanya:
1) Perpecahan dalam Gereja yang disebabkan oleh para pengikut Luther (Profanisasi Ekaristi Kudus)
2) St.Teresa Avila terdorong untuk menghayati yang lebih sungguh-sungguh dalam menghayati hidup bakti
3) Sungguh-sungguh menghayati nasehat Injil dan hidup dalam klausura yang lebih ketat, dalam komunitas yang lebih kecil jumlahnya
Oleh karena itu sekelompok biarawati berkumpul di sel. Merekamengambil inspirasi dari tradisi primitif Karmel dan reformasi ordo dari Santo Petrus dari Alcantara (salah seorang yang berperan dalam gerakan kontroversialdalam Ordo Fransiskan di Spanyol), mengusulkan untuk mendirikan sebuah biarajenis eremit. Pada tanggal 24 Agustus 1562, biara baru yang didedikasikan kepada St Yosef didirikan. Kemudian di Duruelo, Santo Yohanes dari Salib dan AnthonyYesus, mereka mendirikan biara pertama dari Saudara-saudara atau karmelit lelaki (OCD)pada bulan November 1568.
Selama dalam waktu 16 tahun Theresia berhasil mendirikan 16 pertapaan wanita yang hidup menurut aturan hidup kontemplatif yang ketat. Teladan para rubiah itu dan karangan-karangan St. Teresa menimbulkan pertentangan, tetapi juga daya tarik bagi mereka yang sungguh-sungguh berminat. Salah satunya St. Yohanes dai Salib membawa semangat pembaharuan kepada para Karmelit pria. Akhirnya terjadi pemisahan dalam Ordo Karmel (1592), yakni Karmelit Berkasut (O.Carm) dengan aturan hidup yang terbuka dan Karmelit tak-berkasut (OCD: Ordo Carmelitarum Discalcearum) dengan aturan hidup kontemplatif yang lebih ketat.[2]
Profil Singkat OCD
Para frater dan suster OCD biasanya menggunakan jubah coklat yang melambangkan warna tanah, warna hinda dina. Atau mereka memakai jubah berwarna coklat yang melambangkan pertobatan. Para pastor, frater dan suster karamelit menggunakan jubah coklat dengan maksud hendak hidup bertobat terus menerus, sederhana, rendah hati, dan bekerja keras. Bagian hitam coklat yang menjulang adalah lambing gunung karmel, tempat para karmel bertapa.
Mereka juga menggunaka skapulir[3]. Skapulir pertama berbentuk secarik kain kecil, dengan kelebaran dari dua puluh inci, dan terbuka pada bagian kepala, di atas bahu rahib, untuk menutup bagian depan dan belakang dari pakaian rahibnya (habit). Jubah yang menyerupai celemek ini merupakan kelengkapan standar bagi seorang rahib seusia dengan regula dari Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD). Skapulir dan aksesori lain yang merupakan bagian dari habit, membuat si pemakai selalu ingat apa yang dilambangkan oleh ordonya, baik menyangkut idealnya, tradisinya serta kehidupan kudus yang dicapai oleh banyak orang telah mengenakan seragam serupa. Sebagai bagian dari seragam, skapulir juga menunjukan ikatan khusus (kasih sayang ), yang menyatukan semua pemakai atau yang mengenakan skapulir itu.
Skapulir coklat berasal dari tradisi Ordo Karmelit yang dianggap sebagai tanda perlindungan Bunda Maria. Makna spiritual yang telah berabad-abad ini disetujui oleh Gereja :
1) Skapulir coklat adalah perlambang cinta keibuan Maria kepada kita.
2) Skapulir coklat digunakan untuk menunjukan tanggungjawab dalam Yesus, seperi yang dilakukan oleh Bunda Maria. Ia adalah sempurna dari semua murid Yesus.
3) Skapulir coklat mengantar kita pada keluarga Karmel, komunitas religius pria dan wanita, yang telah ada dalam tubuh Gereja selama lebih dari delapan abad. Skapulir menghubungkan kita pada kontemplatif dan kerasulan Karmelit, dan mengajak kita untuk menjalani cita-cita dari keluarga religius ini, yaitu persahabatan dengan Tuhan dalam doa.
4) Skapulir coklat mengingatkan kita pada teladan para kudus dari Karmel, dengan mereka kita menjalin hubungan erat sebagai sesama saudara wanita atau pria dalam Kristus.
5) Skapulir cokalt adalah ekspresi kepercayaan bahwa kita akan bertemu Tuhan dalam kehidupoan kekal, dengan dibantu perantaraan dan Bunda Maria.
Para karmelit tak berkasut menghayati hidup kontmeplatif aktif (vita mixta). Para pastor, frater dan suster OCD hidup dan tinggal di dalam biara kontemplatif. Karya kerasulan yang utama adalah mendoakan kepentingan Gereja kudus Allah dan seluruh umat manusia. Doa kontemplasi merupakan doa yang mengalami pengalaman akan kasih Allah, pengalaman bertemu dengan Allah akan membawa perubahan hidup seperti yang digambarkan pada peristiwa orang Majus, setelah bertemu dengan Yesus mereka mengambil jalan pulang yang lain, hal ini menyimbolkan pertemuan dengan Yesus membawa perubahan dari jalan hidup lama ke jalan hidup baru.
Spiritualitas OCD menurut Santa Teresia dari Avilla dan Santo Yohanes dari Salib
Sejak awal berdirinya Ordo Karmel tidak memiliki aturan yang baku, tetapi lebih pada aturan atau format hidup yang unik. Aturan itu disebut sebagai aturan asli St.Albertus dari Yerusalem yang diberikan kepada sekelompok pertapa yang tinggal di Gunung Karmel pada tahun 1209. Aturan ini ditulis dengan sangat singkat dan sederhana yang berpedoman pada Kitab Suci. Aturan ini menggambarkan suatu cara hidup yang berdasar pada Injil Yesus Kristus dan pokok-pokok spiritualitas Karmel yaitu :
- Hidup dalam kesetian kepada Yesus Kristus
- Setia merenungkan Sabda Tuhan
- Menyediakan waktu untuk bacaan rohani
- Melibatkan diri dalam Liturgi Gereja, baik Ekaristi maupun Ibadat Harian.
- Memberikan perhatian pada kebutuhan dan kebaikan sesama dalam komunitas
- Memperkuat diri dengan mempraktekkan keutamaan-keutamaan Kristiani yaitu Iman, Harapan dan Kasih
Bagi para rubah dan rubiah karmelit tak berkasut ini mereka memilikimotto Zelo zelatus sum pro Domino Deo exercituum (Dengan semangat aku telahgiat untuk Allah Tuhan semesta alam). Motto itu diterjemahkan dalam semangat,
“Kami merangkul kehidupan beragama dalam persahabatan dan pelayanan Yesus Kristus, meniru dan di bawah perlindungan Bunda Maria, yang kehidupan iman, kesederhanaan dan persatuan mesra dengan Yesus dan misi-Nya, hal itu bagi kita merupakan model interior. Panggilan kita bercita-cita untuk persatuan dengan Tuhan dengan cara kontemplasi dan apostolik semangat bersatu tak terpisahkan, dan untuk pembentukan sebuah komunitas persaudaraan sebagai tanda persekutuan di dunia. Doa, yang adalah hidup doa dan doa yang hidup, diberi makan dengan mendengarkan Firman Tuhan dan liturgi dan dengan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan Gereja dan umat manusia. Ini adalah caramenghidupi iman, harapan dan kasih.[4]
Bagi Ordo karmelit tak berkasut, doa memiliki bobot teologis yang sangat mendalam. Hal ini dipandu oleh ajaran dan pengalaman St Teresa dari Avila dan St Yohanes dari Salib, serta orang-orang kudus yang telah mengikuti langkah-langkah mereka, seperti St Theresia dari Kanak-kanak Yesus dan dari Wajah Kudus, Maria Elizabeth dari Tritunggal, St Teresa dari Andes, dan martir seperti Edith Stein (St. Teresa Benedikta dari Salib), Père Jacques dan enam belas martir dari Compiègne.
Setiap hari ditandai dengan keheningan untuk menciptakan lingkungandoa. Selain perayaan harian Liturgi seperti Misa dan ibadat harian( Ibadat bacaan, Ibadat pagi, Ibadat Siang, Ibadat Sore, dan Ibadat malam), mereka juga memberikan dua jam yang dikhususkan untuk doa. Selama dua jam itu mereka tidak bisa diganggu. Untuk Hidup yang lebih seimbang mereka banyak bercanda-tawa selama rekreasi. Kelompok kecil dikondisikan untuk memelihara suasanapersaudaraan sejati / persaudaraan yang berbagi.
Para biarawati OCD (suster-suster) menjalani kehidupan yang tertutup di biara. Sedangkan para biarawan hidup secara kontemplatif dan apostolik, meniru Yesus yang memiliki hidup doa yang total, baik dalam hidup doa di padang pasirmaupun dalam pelayanan penuh kasih sayang dengan orang banyak. Kehidupan kontemplasi hidup oleh para biarawati dan biarawan diarahkan terutama dalam pelayanan kepada seluruh Gereja. Dalam pada itu sesuai dengan ajaran dari santo Yohanes dari Salib dan Santa Teresia dari Avilla mereka diharapkan dapat mencapai tahapan tertinggi dalam hidup rohani, yaitu perkawinan rohani.[5] Untuk para biarawan, kehidupan juga ditandai dengan komitmen yang serius untuk disiplin luas dan menyeluruh penelitian untuk lebih mengembangkan pengetahuan tentang hati manusia yang ditandai dengan sensitivitas pribadi yang besar.
Lambang OCD dan Spiritualitas yang dihayati[6]
1) Tameng melambangkan ber-baju-zira-kan keadilan, hal ini bermakna bahwa Ordo dalam perziarahannya berlandaskan keadilan. Tangan yang menggenggam pedang bernyala atau pedang roh yaitu Sabda Allah. Simbol ini bermakna bahwa Ordo digerakkan oleh semangat Kenabian Elia sebagai inspirator yang berkomitmen kepada Firman Allah yang melambangkan semangat kenabian Elia yang menghidupkan komitmen Karmel pada Allah yang hidup.
2) Tulisan pada pita yang diambil dari perkataan Nabi Elia “Zelo Zelatus Sum, Pro Domino Deo Exercituum” yang berarti : “Aku Bekerja Segiat-giatnya, Bagi Tuhan, Allah Semesta Alam” (1Raja 19:9).
3) Simbol didominasi oleh warna coklat, warna yang melambangkan Bunda Maria yang memberikan skapulir coklat sebagai Bunda Karmel, serta Nabi Elia yang menjatuhkan mantol kepada Eliza sebagai Bapak Karmel.
4) Tiga buah bintang adalah lambang dari tiga zaman yang telah dilalui Ordo Karmel serta menunjukkan tiga tradisi rohani yang diwariskan. Bintang yang terletak di bawah, berwarna perak adalah menggambarkan tradisi dan warisan rohani Maria, bintang Laut. Dua bintang yang di atas berwarna emas. Bintang bagian kanan melambangkan tradisi eremik atau pertapa, dan bintang bagian kiri menghadirkan tradisi serta pribadi Elia dan Elisa.
Tiga bintang juga melambangkan tiga jaman sejarah kehidupan Karmel, yaitu : zaman para nabi dari masa Nabi Elia sampai Yohanes Pembabtis, kemudian zaman Yunani yaitu saat Ordo mulai menyebar ke timur dan barat, atau dari zaman Yohanes Pembabtis sampai Berthold, kemudian zaman Berthold sampai sekarang. Mahkota yang dikeliling dua belas bintang melambangkan Keagungan Maria Ratu para Rasul dan Ratu Karmel.
6) Gambar Salib diatas puncak gunung, baru kemudian ditambahkan oleh Yohanes Salib pada abad-16 sebagai ciri khas Ordo Karmel Tak Berkasut (OCD). Salib merupakan perisai yang menyatukan berbagai unsur dan warisan rohani Ordo Karmel. Dalam Salib Kristus semua unsur dan tradisi serta warisan rohani Karmel mendapat makna dan kepenuhan dalam ziarah menuju Puncak Karmel Abadi.
Sumber
The Collected Works of St John of the Cross (Eds. K. Kavanaugh and O. Rodriguez), Washington DC, 1964
Aumann Jordan, Christian Spirituality in the Catholic Tradition, London: Sheed & Ward, 1985
Heuken. Adolf, Ensiklopedi Gereja, IV: K-Kl, Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2005.
Heuken. Adolf, Spiritualitas Kristiani, Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2002
jalankecil.wordpress.com/pernik/lambang-karmel-ocd
[1] Heuken. Adolf, Spiritualitas Kristiani, [Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2002], hlm. 141.
[2] Adolf Heuken. Ensiklopedi Gereja, IV: K-Kl, (Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2005). Hlm.33
[3] Kata Skapulir berasal dari bahasa Latin ” scapule ” yang berarti “bahu“, bentuk perkembangan dari sejenis celemek yang dipakai bagian busana agama, dikenakan oleh para rahib pada saat bekerja.
[4] http://www.discalcedcarmel.com/index.php. We embrace the religious life in friendship and service of Jesus Christ, in imitation of and under the patronage of the Virgin Mary, whose life of faith, simplicity and intimate union with Jesus and his mission, constitutes for us the interior model. Our vocation aspires to union with God by the way of contemplation and apostolic zeal indissolubly united, and to the formation of a fraternal community as a sign of communion in the world. Prayer, which is a life of prayer and a prayer of life, is nourished by listening to the Word of God and the liturgy and with the joys and hopes, sorrows and anxieties of the Church and of humanity. It is a way of life of faith, hope and love.
[5] Bdk. Heuken. Adolf, Spiritualitas Kristiani, hlm. 141-146
[6] jalankecil.wordpress.com/pernik/lambang-karmel-ocd